Pesanan Menumpuk, Pengrajin Kekurangan Tenaga

kerajinan
Amuntai – Kerajinan yang ada di HSU memang sudah terkenal di seluruh Indonesia, terutama kerajinan khas seperti anyaman rotan, tas purun, eceng gondok dan sebagainya. Selain itu, kabupaten HSU juga sebagai pemasok bahan setengah jadi ke berbagai daerah luar Kalimantan seperti Bali dan sebagainya. Akan tetapi, masih saja kendala ada yang dihadapi oleh para pengrajin yang memproduksi kerajinan seperti produksi kerajinan anyaman purun yang dibuat menjadi tas, dan juga rotan seperti tempat buah dan sebagainya. Sering mendapatkan pesanan dari luar seperti Bali yang dimana permintaan akan bahan setengah jadi membuat para pengrajin merasa kewalahan. ” Kami para pengrajin apabila mendapatkan pesanan dari luar pulau seperti dari Bali mengenai bahan yang setengah jadi sering kewalahan untuk memenuhinya, karena selain pesanan yang cukup banyak juga keberadaan para pengrajin masih sedikit,” ujar Norlina, istri kepala Desa Palimbang Sari yang juga tergabung dalam kelompok pengrajin mekar Sari kecamatan Haur Gading ini. Dirinya juga mengatakan bahwa untuk pesanan sering sekali dalam setiap minggu bahkan seminggu sekali datang pesanan yang jumlahnya sangat banyak sekitar sebanyak 300 buah dalam setiap minggunya, guna memenuhi permintaan akan hak tersebut dengan terpaksa mereka meminta bantuan dengan kelompok pengrajin lain untuk membantu. “Pesanan biasanya setiap sebulan sekali, akan tetapi bisa juga 1 minggu sekali tergantung kebutuhan disana dan juga apabila pesanan lebih dari 300 buah ya biasanya kami minta bantuan kepada warga lain seperti kelompok pengrajin di Desa Banyu Hirang kecamatan Amuntai Selatan untuk membantu guna memenuhi pesanan tersebut,” ujarnya ketika diwawancarai Mata Banua, Selasa (28/10). Selain itu, karena pesanan yang diminta adalah barang setengah jadi, maka para pengrajin jadi kesulitan sekali untuk memberikan label hak cipta dari kelompok mereka dan sesudahnya sampai di para pemesan pastinya akan dipermak lagi sehingga desainnya lebih menarik pembeli serta memberi label desain mereka. “Kesulitan kami selanjutnya adalah memberikan label dalam barang hasil kerajinan kami, dikarenakan barang yang dipesan adalah barang setengah jadi, dan setelah sampai disana mereka buat sedemikian rupa lagi sehingga menjadi bagus dan menarik pembeli, jadi para pembeli taunya itu produk dari Bali, padahal dari HSU untuk bahan mentahnya,” terangnya lagi. Dirinya berharap kepada pihak Dinas Koperindag dan UKM HSU serta Dekranasda HSU serta pihak lainnya selalu mencarikan pangsa pasar guna memasarkan produk-produk mereka sehingga kabupaten HSU bisa dikenal masyarakat luas melalui hasil produk kerajinannya serta juga memberikan penyuluhan dan pelatihan lebih intensif lagi kepada para warga yang ingin memiliki usaha kecil seperti kerajinan dan sebagainya sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di kabupaten HSU. “Kepada pihak terkait seperti Dekranasda, Diskoperindag dan lainnya hendaknya memberikan pelatihan yang lebih intensif lagi kepada para warga yang ingin mempunyai usaha dibidang kerajinan, dan juga mencarikan pangsa pasar guna memasarkan produk khas dan asli dari daerah HSU, sehingga bisa dikenal masyarakat luas,” harapnya. Humas – Dody

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *